Saya pernah jagongan (baca: diskusi) dengan sahabat saya
yang kebetulan pecinta dan kolektor keris, sebut saja namanya Mas Yudi.
Beliau ini saya kategorikan pada tingkatan puncak kolektor yaitu
ideolog. Bukan tanpa alasan saya kategorikan beliau sebagai ideolog, itu
karena argumen saya tentang keris yang beliau patahkan dengan mudah
hanya dengan sedikit analogi sederhana saja.
Berbeda dengan kolektor garis keras, kolektor ideolog lebih filosofis
dan rasional. Mengumpulkan barang lebih karena faktor nilai moralnya
bukan alasan metafisis. Sedangkan kolektor garis keras biasanya lebih
mengedepankan hawa nafsu daripada pikirannya. Alasan mengoleksi keris
jauh dari kesan filosofis, cirinya sangat mudah yaitu jika diajak bicara
masalah keris, topik pembicaraannya tak jauh dari klenik, lelembut,
aji-aji dan jimat. Bagi orang yang rasional, berbicara dengan kolektor
garis keras ujung-ujungnya padu ra karuan (baca : berdebat tak berujung).
“Mas kenapa kok njenengan suka keris?.”, ya pertanyaan
normatif yang meluncur dari orang awam masalah keris. Saya yakin
pertanyaan ini mungkin pertanyaan yang ke seribu duaratus sekian (wis mbuh aku ra ngerti) yang harus dijawab Mas Yudi sampai saat itu, bahkan mungkin sampai sekarang.
“Keris itu senjata filosofis mas, melukai tanpa menyentuh, membunuh tanpa menusuk.”, jawab beliau.
“Ini tidak ada hubungannya sama klenik lho mas, jauh sekali. Kita tahu klenik itu nyrempet-nyrempet dengan syirik, saya sangat menghindari itu, lha hukumane di akhirat jadi intip neroko je mas.” Beliau menambahkan.
“Saya masih kurang masuk mas, lha wong kalau disebut gaman
bentuknya kurang aerodinamis dan pendek. Mengapa kok tidak pedang,
tombak atau panah, itu kan jangkauannya lebih panjang.” , imbuh saya.
Setelah beberapa saat, beliau menjawab, “Sampeyan apa pernah
lihat jenderal di Negara ini atau bahkan di dunia menenteng bazooka
kemana-mana mas? Mereka cukup memegang tongkat komando yang bentuknya
kecil itu. Sekali tunjuk ,satu batalyon sudah siap tempur melawan musuh.
Posisi keris hampir seperti itu mas.”
Saya kemudian merenung, kemudian menyimpulkan bahwa semakin tinggi
kedudukan seseorang, maka senjatanya semakin kecil. Kecil barangnya,
besar pengaruhnya
tulisan lepas
Reviewed by fiqihhariansyah
on
Januari 06, 2019
Rating: 5
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar